Menumbuhkan Kesabaran dari Kisah Ibrahim as.

Ketaatan sangat membutuhkan kesabaran. Karena ketika datang, kadang perintah Allah swt. bertentangan dan tidak sesuai dengan keinginan kita. Untuk dapat melaksanakannya, kita perlu mengalahkan segala keinginan kita.

Makna Sabar

Secara bahasa, sabar bermakna menahan diri. Sedangkan secara syariat, sabar adalah menahan diri dari hal yang tidak diridhai Allah swt., sehingga melaksanakan hal yang diridhai Allah swt. Oleh karena itu, sabar diperlukan dalam melaksanakan setiap perintah Allah swt.

Dalam peperangan, Allah swt. berfirman:
كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al-Baqarah: 249].

Dalam melaksanakan shalat, Allah swt. berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” [Thaha: 132].

Dalam beramal kebaikan, Allah swt. berfirman:
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” [Al-Qashash: 80].

Dari ayat-ayat di atas, dan masih banyak lainnya, kita memahami bahwa sabar bukanlah sembarang sifat dan sembarang akhlak. Sabar sangat penting, walaupun untuk mewujudkannya memerlukan kekuatan yang sangat besar. Oleh karena itu, hanya pahala kesabaran yang kelak tidak Allah swt. hitung-hitung ketika diberikan kepada hamba-Nya.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” [Az-Zumar: 10].
Karena hanya dengan kesabaran, segala ketaatan kepada Allah swt. bisa dilaksanakan. Shalat, tilawatul Qur’an, membayar zakat, dan sebagainya hanya bisa dilakukan oleh orang yang sabar. Tanpa kesabaran, tidak ada ketaatan yang bisa dilakukan.

Kesabaran Nabi Ibrahim as.

Nabi Ibrahim as. adalah orang yang sangat penyabar. Kesabaran tersebut dapat dilihat dari banyak sekali musibah dan ujian kehidupan yang menimpanya.
  • Mulai dari dimusuhi keluarga dan kaumnya, padahal semua orang ingin dicintai orang terdekatnya.
  • berhijrah ke tempat yang sangat jauh, padahal semua orang ingin berada dekat dengan orang yang dicintainya.
  • memiliki keturunan setelah berumur sangat tua, padahal semua orang ini mempunyai banyak keturunan, dan ketika mereka masih muda dan kuat.
  • harus membuang keluarganya, tidak ada orang normal yang akan rela membuang anaknya, bahkan kebanyakan orang memanjakan anaknya.
  • dan harus membunuh puteranya, padahal orang tua rela mengorbankan jiwanya demi keselamatan buah hatinya.

Semua ini adalah ujian. Hal-hal yang bertolak-belakang dengan keinginan jiwa semua manusia. Tanpa menahan diri, dari hal yang tidak diridhai Allah swt., tidak dihadapi dengan kesabaran, ujian-ujian itu tidak akan mungkin bisa dilalui dengan selamat.
Marilah kita lihat dengan seksama kesabaran beliau dalam melaksanakan perintah Allah swt. yang sangat berat.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. [Ash-Shaafat: 102].


Kalimat “إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ”

Kaliamat ini mempunyai pelajarann yang sangat banyak, di antaranya:
  • Betapa sabar Ibrahim as. dalam melaksanakan perintah Allah swt. walaupun hanya berupa isyarat, bukan perintah yang lugas untuk berkurban. Tapi karena keimanan dan kepasrahannya kepada Allah swt., beliau melaksanakan. Beliau tidak ragu, bertanya, apalagi menolak.
  • Ibrahim as. tidak melaksanakan perintah ini dengan perasaan terpaksa, kecewa, dan gundah. Beliau melaksanakannya dengan penuh ketenangan dan ketabahan. Itu terlihat dari cara beliau berkata kepada anaknya. Datar-datar saja, tidak emosional. Ini adalah kata-kata orang yang sangat menguasai emosinya, tenang dalam menghadapi sesuatu, dan yakin bahwa dia sedang melaksanakan perintah Allah swt.
  • Dalam melaksanakan perintah, Ibrahim as. tidak melakukannya saat Ismail as. lengah, atau tidur. Tapi bahkan sempat membincangkannya dengan Ismail as. seperti hal biasa saja. Dalam benak mereka, ini memang hal biasa; ”Allah swt. berkehendak, dan kehendak-Nya harus terlaksana.” Sederhana. Perbincangan ini bukan untuk memberi Ismail as. kesempatan mengelak, tapi supaya penyembelihan itu bagi Ismail as. juga merupakan ketaatan, bukan keterpaksaan. Ibrahim as. ingin anaknya juga merasakan rasa manisnya ketaatan dan kepasrahan.

Kalimat ” يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Kalimat ini menunjukkan bahwa Ismail as. menerima perintah itu tidak hanya dengan ketaatan dan kepasrahan, tapi juga dengan kerelaan dan keyakinan:
  • Kata ” يَا أَبَتِ”, dalam kondisi seperti ini, Ismail as. masih sadar, dan tetap hormat kepada ayahnya.
  • Kata ” افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ” menunjukkan bahwa mimpi adalah isyarat, dan isyarat adalah perintah. Orang yang taat memahami isyarat sebagai perintah.
  • Kata ” سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ” sikap yang penuh adab kepada Allah swt. Ismail as. tidak menganggap bahwa ini adalah berkat keberaniannya, tapi berkat hidayah dan taufiq Allah swt.
Demikianlah, beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari kisah Nabi Ibrahim as. Kita pun bisa mengusahakannya. Letak sabar adalah hati. Hati manusia bukan milik manusia. Kadang manusia bersedih tanpa diinginkannya. Kadang manusia ingin bersemangat dalam bekerja, tapi tiba-tiba kendur. Hati adalah milik Allah swt. Allah swt. lah yang berkuasa membolak-balikkan hati sekehendak-Nya. Kalau demikian, ketika ingin sabar, yang bisa dilakukan manusia adalah mensuasanakan hatinya sehingga sabar itu hadir dalam hati. Bagaimana caranya?

Kalau kita cinta kepada Allah swt., kita akan melaksanakan semua yang diinginkan-Nya. Kalau kita takut kepada neraka Allah swt., kita akan melakukan apa saja yang dapat melindungi diri kita dari siksaannya. Kalau kita yakin kematian pasti akan datang sewaktu-waktu, kita tidak akan menyia-nyiakan sedikitpun kesempatan mencari bekal untuk perjalanan akhirat. Kalau kita mengakui banyaknya nikmat-nikmat dari Allah swt. yang kita rasakan, kita akan malu dengan ibadah-ibadah kita yang sedikit dan compang-camping
Semoga kita semua bisa meneladaninya, sehingga semua hukum Allah swt. dapat kita laksanakan dengan penuh ketaatan, kesabaran, dan keikhlasan. (msa/dakwatuna)




Share on Google Plus
    Blogger Comment

0 komentar:

Post a Comment